Bisnis Investasi

PUISI IBU RISMA HARINI WALI KOTA SURABYA

PUISI IBU RISMA HARINI WALI KOTA SURABYA
Tri risma harini walikota surabaya , kota terbesar ke dua setelah jakarta . Surabya terus berbenah , bahkan sang wali kota ini menginginkan kota surabaya sebagai kota terbaik dunia .Bukan tidak mudah , karena selalu ada pihak yang tidak suka dan hanya pandai berkeluh kesah . Selengkapnya bisa di tonton dalam video bawah ini . Untuk beritanya silahkan di baca di media. ketik Ibu Risma Mundur . Puisina dapat kiriman puisi dukungan kepada Ibu Risma dari sahabat kompasiana, dengan harapan mudah-mudahan puisi ini bisa membukakan hati kita sebagai bangsa indonesia untuk selalu mendukung pemimpin yang berpihak ke rakyat . oke langsung saja .

Wanita itu berkubang dalam lumpur
Wanita itu kepergok dan babak belur
Wanita itu dihujani cacimaki
Wanita itu tak jadi mandi batu

Wanita itu mencium kaki-Nya
Wanita itu mengharumkan kepala-Nya
Wanita itu menyanyikan suka
Wanita itu melagukan cinta

Padanya aku sibuk bertanya,
“Hei, apakah ceriamu itu kini?“

Jawab wanita itu dengan lantang,
Menghentak pusara alam
“: Ceriaku adalah dari pembebasan-Nya.
Bukan mencari-cari di antara fatamorgana keadilan bikinan manusia yang
bisa dibeli.
Bukan mencari-cari di antara keliaran berahi.
Bukan mencari-cari di antara puja-puji.
Bukan mencari-cari di antara resep-resep seksi-sensasi.
Bukan mencari-cari di antara busana-busana masa kini.
Bukan mencari-cari di antara prestasi-prestasi.
Bukan mencari-cari di antara kursi puri-puri.
Bukan mencari-cari di antara janji-janji teknologi.
Bukan mencari-cari di antara suka-suka sendiri.

Ceriaku adalah pembebasan-Nya
Pembebasan-Nya adalah kunci ceriaku
Dan, kugerakkan kunci itu dengan sebuah janji
Janjiku adalah aku tak akan kembali lagi ke kubangan masa lalu
Itulah ceriaku yang sekilas telah diceritakan dalam titahku“

Aku hanya bisa tertegun
Menatapi wanita itu penuh kata ceria
Menikmati kemerdekaan bersama-Nya
Menikmati singgasana yang di rawat dengan cinta
Wanita itu bernama Bu’ Risma
Walikota Surabaya.
Sumber: Kompasiana .com
Penulis : Lipul EI Pupaka .
Advertisement